Selasa, 29 Desember 2020

Lima Tahun Mengejar Rejeki Di Jalanan Bertemu Gubsu


Saat fajar belum menyingsing, Ngatyem (46), warga Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang sudah mulai bekerja menyapu sejumlah ruas jalanan di kawasan Kota Medan. Jauhnya perjalanan dari rumah ke lokasi bekerja tidak mengendurkan langkahnya menjemput rezeki demi menghidupi anak dan keluarga.

Sudah lima tahun Ngatyem menjalani pekerjaannya sebagai penyapu jalan. Tidak menyangka, Selasa (29/12) pagi, menjadi hari yang istimewa baginya. Ia bertemu dan mendapat bingkisan dari Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi bersama Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Sumut Nawal Edy Rahmayadi yang sedang melakukan jalan santai di sekitaran Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan.

“Alhamdulillah pagi ini dapat rezeki dari Pak Edy. Saya tidak sangka Gubernur langsung yang berikan. Saya lihat dari kejauhan, tampak seperti orang pada umumnya sedang berolahraga, semakin dekat, beliau memberikan bingkisan dan uang tunai, semoga bapak dan ibu sehat selalu,” ujar wanita berseragam orange itu sambil tersenyum gembira.

Bingkisan tersebut sangat berharga dan menjadi pengobat lelah bagi Ngatyem (foto kanan sedang menerima bingkisan ), yang saban hari harus berangkat dari rumahnya sekitar pukul 04.30 WIB. Sebab sebelum subuh ia sudah harus berada di lokasi yang akan dibersihkannya. Rasa takut terkadang menghantuinya saat akan keluar rumah di pagi buta tersebut, namun keluarga menjadi satu-satunya alasan yang memberanikannya.

Tidak hanya Ngatyem, Rusliati penyapu jalan lainnya yang sedang bertugas membersihkan di kawasan Gereja HKBP Jalan Sudirman Medan, juga menerima bingkisan dari Gubernur Edy. Warga Tanjungmorawa tersebut tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. “Bantuan untuk memenuhi kebutuhan, untuk makan anak. Terima kasih Pak Gubernur,” ucapnya, saat menerima hadiah.

Ratusan bingkisan yang berisi baju, mug gelas dan uang tunai juga diberikan kepada para petugas kebersihan, abang becak, hingga pedagang kaki lima. Salah seorang petugas kebersihan, Herman yang ditemui di Jalan Multatuli Medan pun mengaku cukup sering mendapatkan bingkisan dari Gubernur Edy.

“Kalau bingkisan beberapa kali saya menerima, Pak Edy kan rutin melakukan jalan pagi, kadang dia bagi bagikan buah dan sembako, baik orangnya. Semoga Pak Edy dan keluarga sehat selalu,” ungkap Herman.

Berolahraga jalan santai sambil membagi-bagikan bingkisan kerap dilakukan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi di sekitar Rumah Dinas Gubernur. Kali ini, Gubernur dan rombongan melakukan olahraga jalan kaki dengan rute perjalanan mulai dari Rumah Dinas Gubernur Sumut - Taman Ahmad Yani - Jalan Multatuli - Taman Beringin dan kembali ke Rumah Dinas Gubernur.

Sambil berolahraga, Gubernur dan rombongan pun membagi-bagikan bingkisan kepada para penyapu jalan, abang becak dan warga yang ditemui di sepanjang jalan yang dilalui, dengan harapan dapat sedikit membantu mereka yang sedang dalam keadaan sulit seperti saat ini. ”Tak banyak yang saya berikan, semoga apa yang saya berikan ini bisa bermanfaat,” ujar Edy Rahmayadi


Kamis, 24 Desember 2020

25 Desember 1947 - 25 Desember 2020 Jusup Sitepu ' La Tading Kune-kunena '

 


... mulihlah kena bage nina rusur / mulih me aku ningku ngaloisa / tapi turang / gundari tading kune-kunena (Jusup Sitepu - Yogjakarta)

.........

Demikianlah sebait syair lagu bertajuk "Yogjakarta" yang pernah sangat populer di masyarakat Karo. Tahun 70-an hingga 80-an, seluruh warga Karo dijamin pasti mehgenalnya.Kontemplasi penciptaannya untuk blantika musik tidak hanya mewarnai ranah seni suara di Tanah Karo, tetapi juga memberi inspirasi abadi sampai kini.

"The Giant Group" adalah nama bendera kelompok musik Jusup Sitepu dalam mengitari berbagai arena hiburan. Personel grup ini yakni, Jusup Sitepu (vokal dan melodi gitar), Akum Tarigan (bass), Fransius Surbakti (Rithem), Metehsa Surbakti (drum), Elia Rosa br Bangun dan Karolina br Purba (vokal) dan Riwanda Sebayang sebagai MC.

Tahun 1977, "The Giant Group" sempat tampil di panggung hiburan rakyat (PHR) Pancur Gading di Desa Sidomulyo Pasar I,Kecamatan Biru-biru sekira 4 kilometer dari kota kecil Delitua ke arah Selatan.Sejak sore, saya sudah bersiap untuk menyaksikan pertunjukannya, namun tiba-tiba sesorang menyapa dan menanyakan rencana ini.Singkatnya, dialog kami membuat keinginan saya makin memuncak di ubun - ubun sesegera mungkin menikmati sajian kelompok musik tersebut.

" Masa kau tonton musik keteng - keteng," ujar seseorang kepada saya, sembari menjelaskan kualitas musik yang bakal ditonton dengan memberi bandingan dengan alat musik tradisional Karo yakni keteng- keteng.

Lagu-lagu yang dilantunkan kelompok musik ini memang menggunakan judul yang unik dan bahkan sangat kondisional di masyarakat saat itu.Misalnya Yogjakarta, Magdalena, Haranggaol, Lawes Erlajang, Dareh Tinggi, Aku Tanggung Jawabna, Salam, Surat Undangen, Sura-Surandu Sura-Surangku, Muas Teruh Sampuren atau Terdaram – Daram.

Tema lagu - lagu ini umumnya berkisar pada cinta, duka atau gembira dibalut dengan syair sederhana, komposisi  dan alur musik yang mudah ditebak tata gramatika dan idiomnya.Tidak kalah uniknya susunan, struktur harmoni,ide garapan dan perhitungan nilai matematis dan struktur rancangan bangunannya.

Perspektif pecinta musik memang tidak mungkin bisa disamakan dalam menyimak sebuah karya seni musik.Bahwa, saat diklasifikasikan mirip " keteng - keteng " tidak perlu dibantah atau disetujui. Namun,dalam keterbatasan sarana dan prasarana instrumen musik, minimnya referensi dan usia masih terpaut 22 tahun maka sangat arif menyebut Jusup Sitepu,TIDAK "tading kune-kunena" ( tinggal kenangan ).

Seandainya, ia sezaman dengan gitaris mancanegara Michael Angelo Batio, maka tidak tertutup kemungkinan karakter bergitar mereka dimungkinkan rada mirip.Jusup Sitepu selalu bermain gitar tanpa menekan fret atau sering disebut open string.Teknik 

Slide yang kondang sekarang ini sudah menjadi kebiasan pria kelahiran Desa Batukarang 25 Desember 1947, putra pasangan Mangsi Sitepu dan Tandangen br Perangin-angin tersebut.Teknik apa itu ?     

Jusup Sitepu memencet snar gitar pada not tertentu dan begerak cepat dari fret satu ke fret lainnya. Selalu lincah dalam progres pemilihan nada, baik ke arah maju atau mundur pada neck gitarnya.Teknik ini dikenal dengan ascending slide atau descending slide.Kini, gitaris - gitaris dunia banyak memainkan teknik - teknik demikian guna pemilihan nada serta gaya manggung. Kemampuan ini semakin disempurnakan dengan talenta Jusup Sitepu dalam olah vokal sekaligus menciptakan lagu.

Tahun 90-an merupakan akhir karirnya Jusup Sitepu.Album berbahasa Indonesia yang merupakan terjemahan lagu ciptaannya mendapat tempat di hati penikmat musik termasuk di luar komunitasnya.Catatan yang ada,lagu bertajuk Ole-ole dan Magdalena diantara lagu yang kondang di dalam album itu.

Dinihari 24 November 1997, Jusuf Sitepu meninggalkan semua karya serta jalan panjang yang dilaluinya dengan menghadap kepada "Sang Pemilik Nada",Tuhan Yang Maha Esa. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini menyisakan kesan dan kenangan abadi bagi dunia seni di Bumi Turang dengan menempa generasi artis Karo seperti Ulina br Ginting, Bahagia Surbakti, Elia Rosa br Bangun, Ermawati br Karo, Rusti br Sembiring, dan putrinya Mery Susanna br Sitepu.“ Berbahagialah dengan ketiadaanmu, " ini konon pesan yang terngiang abadi bagi rekan - rekan dekatanya.

Mengabadikan 

La tading kune-kunena ( bukan tinggal kenangan ) melainkan terjadi revitalisasi semangat dan inspirasi pasca kepergian Sang Legend Jusup Sitepu.Pekan lalu, sejumlah tokoh di Batu Karang Tanah  Karo menyatukan semangat untuk mendirikan monumen seniman sejati ini.

Memang, semangat yang sama pernah juga dikemas oleh para tokoh namun kali ini tampaknya lebih berkemajuan.Peran serta warga Karo dan panitia, mengerucut dalam mendukung suksesnya pembangunan secara terbuka dan dalam konteks kekeluargaan.Hal ini dibuktikan dengan ditayangkannya secara live acara sehari ini melalui media sosial untuk konsumsi masyarakat secara lokal dan global.

Sebagai asset budaya Karo,maka program pembangunan monumental tersebut selayaknya menyita perhatian seluruh elemen terkait.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karo misalnya, rasanya tidak pas manakala hanya berperan sebatas dukungan formalitas.Atensi dukungan dengan anggaran dana, semestinya proyeksi yang boleh diusulkan ke DPRD Karo serta direalisasikan kelak.Sebab dari keberadaan monumen ini, nantinya menorehkan kesan abadi bahwa pemerintah kabupaten sangat empati dengan kehidupan seni budaya warganya.

Ole - ole

Inspirasi yang mencuat dari karya kreatif Jusup Sitepu juga sangat dirasakan sekelompok anak muda yang berkibar lewat bendera Mejile Family.Kelompok rapper kondang tersebut tergoda dengan tembang bertajuk Ole-ole dengan segala kemungkinannya.Bagi mereka dinamika nada , genre serta alternatif kemasan keberlanjutannya, menjadi pertimbangan untuk di-reproduksi.

Tengoklah di https://youtu.be/IyusDnsz8Z4. Anak - anak muda ini, Aldo,Yoka, Wisnu Bangun, Emady Bangun, Gean, Jeremy menggandeng vokalis perempuan terdepan versi tayangan Youtube, Intan Br Ginting.Garapan mereka, menawarkan sajian berbeda memperkokoh kekondangan Jusup Sitepu bersama suguhan materi yang berwarna.Bagi Wisnu Bangun DKK, karya seni tidak akan lapuk diterpa hujan dan tidak lekang tertimpa terik mentari, sebagaimana wujud Ole-ole sejak lahir sampai kini.Setidaknya kalangan milenial bakal memiliki referensi baru dalam memuaskan dahaga mereka dengan konsep musik serba lengkap ini.

Syair lagu Yogjakarta di bait, 'mulihlah kena bage nina rusur / mulih me aku ningku ngaloisa / tapi turang / gundari tading kune-kunena' akan berubah pada bagian akhir 'gundari (lanai) tading kune - kunena'. Karya Jusup Sitepu is never die ...(Jenda Bangun, budayawan dan jurnalis )   

Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Bersama Kearifan Lokal


Beragam cara ditempuh warga dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau bisa disebut sebagai imunitas, di masa pandemi COVID -19. Imun yang kuat, membuat tubuh akan lebih mampu melawan virus dengan cara memproduksi protein bernama antibodi. Sistem imun yang dimiliki tubuh sebenarnya mampu melindungi tubuh dari virus namun selalu berkaitan dengan pola kehidupan  yang dipilih.

Ada yang meningkatkan sistem imun dengan mengonsumsi vitamin, suplemen, olahraga, makanan bergizi dan menjauhkan diri dari beban psikologis. Namun tak dapat dipandang sebelah mata , manakala masyarakat memanfaatkan kearifan lokal sebagai alternatif.

Presiden Joko Widodo saat membuka Pekan Kebudayaan Nasional Tahun 2020, Sabtu, akhir Oktober 2020 menuturkan, ketika menghadapi pandemi COVID - 19, memori budaya masyarakat tangguh bencana kembali hidup.  

Sikap optimistis dan pantang menyerah bangsa memang terbentuk dari alam dan kondisi geografis Nusantara. Masyarakat berupaya menghidupkan kearifan lokal dengan memanfaatkan kekayaan hayati alam dan mengolahnya menjadi jamu - jamu tradisional untuk meningkatkan imunitas tubuh.

"Mari kita terus menggali kearifan lokal untuk memperkuat kemampuan kita dalam menghadapi bencana ," ujar Presiden Joko Widodo ketika itu.

Optimistis warga Sumatera Utara dalam meningkatkan imunitas tubuh relatif beragam dalam menyikapi virus corona. Langkah sederhana serta berkeyakinan kuat dengan memilih tradisi kearifan lokal semisal meminum madu , racikan warisan leluhur bernama tawar / kesaya, sembur, kuning atau makan sirih.

Madu lebah sudah pasti semua orang mengenalnya dan sejak lama diakui memiliki kandungan yang mampu memberi kesehatan tubuh. 

Selain di apotik, madu juga dijual bebas sebagai produksi ternakan, misalnya madu efi siosar dari Kabanjahe sekira 90 kilometer dari kota Medan.

Tawar / kesaya, sembur dan kuning, trio racikan sekelas herbalis dengan formula dan bentuk yang berbeda namun menyehatkan penggunanya. Tawar / kesaya  berbahan tumbuhan - tumbuhan, biji buah - buahan dan dedaunan difermentasi sedemikian rupa. 

Bentuk jadinya adalah mirip saus namun berwarna coklat tua. Rasanya agak pedas bercampur asam namun dipercaya mampu meningkatkan imunitas tubuh bagi yang meminumnya.

Demikian juga kuning. Bahan bakunya hampir sama dengan tawar / kesaya namun ditambahkan dengan tepung beras, difermentasi, dibentuk mirip Oreo. Kuning yang berwarna putih ini digunakan sebagai lulur di sekujur tubuh. Cukup menghangatkan dan dipercaya mampu menolak semua virus di sekitar pemakainya.

Tak kalah fanatiknya, nande - nande ( ibu - ibu dalam bahasa daerah Karo ) yang percaya, virus corona hancur kalau mengendus aroma di sekitar para pemakan sirih. " Sama saja dengan disinfektan campuran cairan pemutih pakaian atau pembersih lantai. Air liur dan suntil tembakau dari pemakan sirih juga dapat mengusir virus, " ujar Jesika, pemakan sirih yang dijumpai di pasar kaget Tanjung Morawa, Deliserdang.

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, baik itu suku, bahasa maupun kearifan lokal. Menjaga pola hidup menjadi sangat penting agar tetap sehat dan menjaga sistem imunitas dalam kondisi pandemi COVID - 19. Seiring dengan tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan, penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan atau pengobatan dengan cara tradisional atau alami lebih digemari demi menjaga imunitas tubuh, karena relatif lebih murah, mudah didapat dan minim efek samping dibandingkan dengan menggunakan obat-obat modern atau obat-obatan dari bahan kimia. 

World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat.


Apa Kata Mereka 


* Dr. dr. Umar Zein DTM&H Sp.PD KPTI

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Dr. dr. Umar Zein DTM&H Sp.PD KPTI mengakui, kearifan lokal di kalangan etnis Sumatera Utara cukup beragam, baik dalam bentuk, khasiat serta ketersediaannya. Contohnya, suntil pada tradisi makan sirih yang sudah diteliti kandungannya.

" Penelitian atau survey itu untuk membuktikan manfaatnya bagi penggunanya. Beberapa sudah ada penelitiannya, misalnya minyak karo, suntil tembakau atau oukup. Bahkan sirih sangat dikenal khasiatnya sebagai antiseptik ," ujarnya.

Meski pengalaman empirik masyarakat meningkat sebagai keyakinan dalam praktik memutus mata rantai virus, Dr. dr. Umar Zein DTM&H Sp.PD KPTI menegaskan masih diperlukan uji klinis. " Kita menghargai sikap masyarakat yang memilih kearifan lokal dalam hal kesehatannya apalagi dipercaya bahan - bahan alami ini mampu menolak penyebaran virus," ujarnya.

* Dr.Susi Evanta Sembiring

Dr.Susi Evanta Sembiring, satu diantara warga Sumatera Utara yang berhasil lolos dari jeratan virus corona dengan menjalani isolasi di RS Mitra Sejati Medan. Kini, ia aktif menyuarakan protokol kesehatan (Prokes) dan meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi madu, yang bertahun - tahun dikenal sebagai kearifan lokal di bidang medis .

" Anda pasti sudah sering mendengar tentang manfaat madu untuk kesehatan dan memang tidak diragukan lagi. Namun, madu bukanlah satu-satunya produk yang dihasilkan lebah tapi juga menghasilkan getah yang bermanfaat untuk manusia. Getah tersebut dinamakan propolis, sebagai obat herbal yang mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan, " ujarnya.

Susi Evanta Sembiring kini mengonsumsi madu dan propolis yang merupakan minuman kesehatan mengandung air liur lebah Brazil yang kaya akan bioflavonoid. Propolis, juga mengandung flavonoid dengan kadar tinggi, yang membantu meningkatkan sistem imun serta komponen tumbuhan yang memiliki sifat sebagai bahan-bahan antijamur, antibakteri, antivirus, antioksidan dan anti-inflamasi yang berkualitas tinggi.

* Dr. Alexander Kaliaga Ginting Suka Sp.P, F.C.C.P

Staf Khusus Menkes Bidang Pembangunan Dan Pembiayaan Kesehatan Brigjen TNI (Purn) Dr. Alexander Kaliaga Ginting Suka Sp.P, F.C.C.P , saat zoom meeting dengan dengan warga Medan tidak menampik adanya pilihan warga dengan kearifan lokal.

Baginya, sikap yang diyakini sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas kesehatan khususnya imunitas wajar didukung. Alasannya, antara bahan - bahan kesehatan dan sikap hidup pemakainya sudah kadung terjalin sejak lama. " Pengalaman hidup mereka sudah membuktikan itu. Sehingga tidak ada lagi keraguan mereka dalam menggunakannya, " ujarnya.

Meski demikian, Alexander Kaliaga Ginting Suka tetap mengingatkan, ada kalanya kearifan lokal tidak berkemampuan dalam menghadapi kualitas virus yang dihadapinya. Artinya, pengalaman empirik yang ada selama ini tidak selamanya digdaya.

" Itu sebabnya, kami tidak henti - hentinya mengampanyekan protokol kesehatan 3-m yaitu menyuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga jarak dalam keramaian. Imunitas tubuh boleh diupayakan dengan beragam kearifan lokal, namun protokol kesehatan cara ampuh dalam memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19. " ujarnya sambil mencuplik jingle grup band Padi, ingat pesan ibu. 

Negeri kita yang katanya sebagai zamrud katulistiwa yang gemah ripah loh jinawi, tanam tongkat pun jadi tanaman bisa memanfaatkan potensi alam yang melimpah ini. Kearifan lokal dalam bidang medis dengan ramuan-ramuan tradisional yang saat ini sudah bisa terkuak misterinya lewat ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kekayaan yang tak ternilai. Sebagaimana pesan Alfred Vogel, bahwa alam telah menyediakan segala yang kita butuhkan untuk melindungi dan menjaga kesehatan kita. 




 

Rabu, 02 Desember 2020

Alexander Ginting : Perubahan Perilaku Kunci Utama Pemutusan Mata Rantai Covid-19




Alexander Kaliaga Ginting Suka  


Staf Khusus Menkes Bidang Pembangunan Dan Pembiayaan Kesehatan Brigjen TNI (Purn) Dr. Alexander Kaliaga Ginting Suka Sp.P, F.C.C.P, mengatakan pada masa pendemi Covid-19 tidak mungkin menghentikan aktifitas warga. 


Namun protokoler kesehatan (Prokes) berupa cuci tangan pakai sabun,memakai masker dan menjaga jarak saat berkumpul harus dinomorsatukan.

Penegasan itu disampaikannya saat mengisi zoom meeting bertema "Perubahan Perilaku Adalah Kunci Utama Pemutusan Mata Rantai Penularan Covid-19", Rabu(2/12) yang diadakan Moderamen GBKP di Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara.

Dr. Alexander Kaliaga Ginting Suka Sp.P, F.C.C.P menguraikan kronologis mewabahnya virus corona sambil menyelipkan pesan - pesan kesehatan kepada peserta zoom meeting.

"Informasikanlah sejelas-jelasnya kepada jemaat dengan segala cara. Penerapan protokol kesehatan yakni pakai masker, cuci tangan pakai sabun di air mengalir, serta jaga jarak tetap menjadi kunci penting agar terhindar dari paparan virus," ujarnya kepada peserta yang didominasi pengerja gereja.

Alexander Kaliaga Ginting Suka Sp.P, F.C.C.P menambahkan, tanggung jawab penerapan Prokes tidak hanya pada diri sendiri saja melainkan juga bagi lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.

" Jika mengalami gejala batuk, demam, pegal linu, hingga seperti mengalami masuk angin maka bisa mengisolasi diri sendiri di rumah atau berobat ke dokter supaya orang lain tidak tertular," ujarnya.

Dijelaskan, dalam catatannya kepatuhan warga Sumatera Utara pada Prokes terdata pada angka 73 persen. " Artinya setiap ada yang berkumpul 10 orang, maka 3 diantaranya tidak patuh protokoler kesehatan.Ini menjadi tantangan kita semua," ujarnya sambil menayangkan statistik Covid-19.

Diakuinya, di tengah masyarakat ada stigma yang menyebutkan virus corona itu tidak ada.Hal ini akibat perspektif berpikir yang pribadi dan umumnya terjadi kalau minim informasi.

" Itulah tugas kita semuanya, agar penolakan sedemikian dapat diakhiri.Ini bisa diibaratkan saat melihat air di dalam setengah botol," ujarnya sambil tersenyum.

Zoom meeting diisi dengan tanya jawab yang materinya kebanyakan menyangkut peristiwa di tengah masyarakat. Alexander Kaliaga Ginting Suka Sp.P, F.C.C.P memberikan jawaban dengan penekanan pada perubahan perilaku sebagai kunci utama pemutusan mata rantai penularan Covid-19.

" Kita melaksanakan semua itu dengan wajib iman, wajib aman, dan wajib imun," ujarnya mengutip tagline Kemenkes.


Terminal Tipe B Kabanjahe Model Pengembangan Kawasan Agrowisata

Gubernur Sumatera Utara (Sumut)  Edy Rahmayadi meresmikan beroperasinya Terminal Tipe B Kabanjahe di Kabupaten Karo, Selasa (16/2). Sarana p...